Aku dan Masalahku

Aku dan Masalahku

Rafiatur Rizqiya

0

Kehidupan kantor? Hah… (menghela nafas) sepertinya sama saja. Mungkin hampir semua orang merasakan hal yang sama. Tidak hanya di kantor, di proyek atau bahkan di lingkungan rumah. Semua terlihat sama, tapi tak sama.

Oh ya nama ku Raff, aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture. Bisa dikatakan perusahaan yang kutempati saat ini lumayan besar meskipun tempatnya tidak terlalu luas. Perusahaan tempatku bekerja sudah menyadang nama sebuah PT, walaupun tergolong baru berdiri sih.

Aku baru bekerja disini sekitar 3 bulan ini. Aku diajak temanku dari perusahaan lama yang dulu aku tempati. Namanya ain, dia supel, ramah dan yang pasti dia apa adanya (no poker face). Aku dipanggil untuk interview ke perusahaan ini tanggal 19 oktober 2022, dan ya aku mulai masuk kerja pada keesokan harinya.

Aku memulai hariku dengan berkenalan dengan orang kantor. Selain mereka ada juga yang ku kenal dengan baik sebelum masuk ke perusahaan ini. Namun, kesan pertama yang tertuju pada seseorang yang dianggap sebagai “atasan” malahan unrespect. Yap, semua karena sikap awal yang kurang mau nanya tentang keberadaan ku. Di hari pertama kerja ku hanya di kenalkan dengan sistem yang di gunakan. Pengenalan itu dilakukan oleh teman ku ain. Ain disini berawal masuk sebagai programmer, tapi karena dia berpengalaman di bagian purchasing perusahaan mempekerjakan dia dibagian tersebut.

Pemilik perusahaan merupakan keluarga, mereka selalu turut andil dalam apapun. Jika ditanya “enak gak sih kerja yang boss nya turut andil?” jawabku “enak”. Karena alasan utamanya adalah kita bisa tanya apapun, kapanpun dan bahkan info kita bisa langsung dapat dari boss. Berbeda sikap dengan “atasan” yang ada, dia lebih bersikap seakan-akan semua bisa di lakukan sendiri dan di hadapi sendiri. Semenjak aku dan ain bergabung dengan tim sikap dia berubah total disangkanya kami akan merebut posisi yang saat ini dijabatnya.

“eh kok mbak ajeng cuek yaa ke aku?” tanyaku pada ain. Ain dengan wajah datarnya dia cuma bilang “biasa aja kok kek gitu”. Aku hanya berpikir mungkin sudah biasa. Saat mbak ajeng memulai pembicaraan denganku tentang pekerjaan yang harus aku lakukan, aku sangat antusias. Karena aku hampir 2 minggu bekerja belum melakukan pekerjaan apapun. Dia menyuruhku untuk melakukan stock opname di gudang cat. Aku langsung melakukan apa yang di suruhnya, membuat daftar cat yang tersedia dan melakukan pemesanan kebutuhan cat yang diperlukan.

Aku mulai menjalani hari-hariku dengan pekerjaan pasti. Selain melakukan stock opname pada cat aku juga di arahkan boss ke bagian marketing. Marketing disini aku dipercaya menjalankan sample produk dan sample warna. Sample produk kujalankan seperti seharusnya. Awalnya sample ini dipercayakan pada mbak ajeng. Mbak ajeng ini orang kepercayaan boss yang di bawa langsung dari kota berdirinya perusahaan ini. Perusahaan ini memang tidak berdiri di kota ku yg sekarang, melainkan pindahan dari kota aslinya. Mba ajeng selalu sibuk dengan kerjaannya yang sangat banyak.

Entah baru berapa minggu aku merasa ada yang berbeda hubungan antara boss dan mba ajeng. Ternyata ada konflik yang mungkin di dasarkan pada sample yang tidak sesuai target keberangkatan. Ya, sample-sample ini akan di kirim ke buyer yang ada di amerika. Lambat laun akhirnya aku mulai sadar kenapa sample dipercayakan ke aku yaa karena hal tersebut. "Raff kamu mulai sekarang handle sample yang lagi jalan dan yang akan dijalankan" Titah pak boss. Aku cuma bisa bengong dan mencoba menerima pekerjaan tersebut "ya pak saya coba untuk menjalankan sample agar bisa berangkat dalam waktu kurang dari 2bulan" Jawabku untuk meyakinkan boss bahwa aku mampu. Aku menyanggupi karena berhubungan dengan buyer merupakan pekerjaanku di tempat sebelumnya meskipun aku tidak menjalankan sample

Saat meeting selesai aku turun dari ruangan boss dan menemui ain dengan segera. "Eh aku di suruh handle sample, emang mbak ajeng kenapa yaa?" Tanyakau pada ain. "Mungkin karena mbak ajeng over kerjaan aja" Jawabnya yang selalu dengan positif vibes. Bagiku jawaban ain masuk akal juga bisa saja dengan alasan seperti itu sehingga sample dilimpahkan ke aku.