Nadia. Wajah pucat itu menitikkan air mata dalam diam. Tubuhnya terbaring lemah di atas tempat tidur berseprai linen putih. Selang oksigen dan cairan infus masih terpasang di hidung dan lengannya. Monitor yang menunjukkan pergerakan jantung barunya juga masih berbunyi bip-bip teratur di atas meja di sisi ranjang tempat tidur Nadia.
"Nadia..." Suara serak dan dalam terdengar lembut menyapa, disusul tangan kekar yang menghapus air matanya dengan lembut.
Nadia terdiam. Matanya terpejam, air matanya meleleh semakin deras.
Alan, suami Nadia, menatapnya dengan luka menyayat di dalam dada. Susah payah dia menelan saliva untuk membasahi kerongkongannya yang kering.
Maafkan aku, Nadia. Maaf. Maaf aku mengambil keputusan ini tanpa persetujuanmu. Aku hanya menjalankan wasiat itu. Batin Alan berteriak hening.
"Kau akan sembuh, Nadia," bisik Alan, mengecup lembut kening istrinya. "Kau telah sehat. Operasimu telah berhasil."
Nadia membuka mata, tatapannya jatuh pada mata hitam Alan yang tampak redup.
"Siapa pendonorku?" tanya Nadia lemah.
"Nanti kau akan tahu. Sekarang kau harus fokus untuk memulihkan kesehatanmu dulu," jawab Alan, memaksa diri untuk tersenyum.
***
Spesial Thank's to,
dr. Hilmy Farhan
atas puisinya yang menginspirasi
Semoga Se.na.rai bisa mengudara di dunia sastra
dr. M. Arief Adibrata,Sp.OG, M.Ked.Klin
dr. Ardhestiro H.P.,Sp. JP, FIHA, FAPSC
dr. Furies Ananta M.W
atas ilmu dan referensinya
Semoga ilmu yang dimiliki senantiasa membawa berkah kehidupan bagi semua insan yang membutuhkan pertolongan kesehatan.
4's Ramadani, Saleko group, Big Gank of Jasan Ch
ROYJaWi Family, Big Family of Mbah Kaji
Atas segala dukungan, doa dan cintanya
Semoga kesehatan senantiasa menjaga tubuh kita,
Semoga keberkahan selalu menerangi setiap langkah kita,
Semoga kebahagiaan selalu mengiringi senyum manis yang menghiasi wajah,
Dan semoga segala doa dan amalan diijabah oleh Allah SWT.
Terkhusus untuk Kedua Orang Tua yang telah membesarkanku
Terima kasih atas segala cinta, kasih, dan seluruh pengorbanan yang telah diberikan.
Terima kasih untuk setiap peluh yang menetes dalam perjuangan membesarkan putrimu hingga mampu berdiri di atas tebing terjal dengan luka gores di segala tempat yang selalu kau beri obat.
Semoga Mama dan Papa senantiasa diberikan kesehatan, kebahagiaan dan keberkahan oleh Allah SWT.
Aamiin...
-Kandil Sukma Ayu-
***
Novel ini di tulis dalam rangka menunjukkan kasih sayang seorang ibu yang begitu besar dan rasa terima kasih yang takkan pernah cukup untuk membalas pengorbanan Ibu dalam menjaga, mendidik, serta membesarkan anak-anaknya. Seburuk apa pun seorang ibu, kasihnya tak kan pernah terbalaskan oleh apa pun. Hanya bakti tulus yang dapat mewakili balas budi cinta Ibu kepada anak-anaknya.
"Tidak ada alasan apa pun untuk melukai hati seorang ibu. Sebaik apa pun ibadahmu, sebanyak apa pun amalanmu, sekali kau melukai hati ibumu, tak akan ada amalan yang mampu menghapus dosa-dosanya," -ibu Minarti-
________________________
Novel ini juga ditulis dalam rangka melukiskan kasih seorang ayah yang selalu tertutup oleh ego yang tinggi sehingga membuat seorang ayah kerap kali memilih pergi dari pada meneteskan air mata di depan anak dan istrinya karena menyesali kegagalan atas keluarga yang dipimpinnya. Sekeras apa pun seorang ayah memperlakukanmu, sedingin apa pun seorang ayah bersikap kepadmu, kasihnya takkan pernah terbandingkan oleh apa pun di dunia. Lelaki adalah sosok pahlawan yang bekerja dalam diam. Pun kasihnya takkan pernah dia ungkapkan menggunakan banyak kalimat. Cukup satu peran besar untuk menjagamu tetap sehat, tetap bahagia.
"Ayah, adalah sosok pahlawan tanpa pedang. Dia hanya perlu berdiri di depan menghadapi serangan untuk melindungi orang-orang yang dicintainya." -Andreas-