"Cinta itu, ibarat meneguk secangkir teh. Sisa dari campuran rasa pahit, manis, dan sedikit asam atas terus melekat dalam ingatan. Dan bakal membuatmu kecanduan".
- Quotes from : After Work-.
π«π«π«π«π«π«π«π«π«
SURABAYA 2005.
Sepasang muda-mudi itu turun dari atas sepeda motor mereka, masih mengenakan baju seragam, dan memarkir kendaraan di area halaman belakang.
Keduanya lantas berjalan bersama sambil bergandengan tangan, sesekali saling pandang dan melemparkan tatapan penuh memuja kepada satu sama lain. Keduanya lalu tertawa cekikikan dan melangkah lebar-lebar ke tengah-tengah area taman kota. Di sama terdapat banyak kursi kayu panjang, masing-masing diletakkan dibawah pepohonan jati berumur puluhan tahun.
Si remaja laki-laki sesekali melemparkan lelucon pada gadis berambut panjang, sepunggung di sampingnya. Lalu perempuan muda berponi tersebut akan tertawa sambil menutupi muka sebagai jawaban atas guyonan kekasihnya.
Keduanya lalu memutuskan membeli es putar dari bapak-bapak penjual tak jauh dari tempat mereka duduk. Menghabiskannya sambil bercengkrama. Lalu bermain gelembung sabun di tengah-tengah taman bersama orang-orang lain. Senyum tak pernah lepas dari wajah keduanya. Mereka tampak sangat bahagia.
Ah, begitulah cerita cinta para darah muda. Gejolak yang menggebu-gebu, diikuti mimpi setinggi langit. Semua manusia saat berada di titik usia seperti mereka akan merasa bisa menggapai seluruh dunia dengan kedua tangan mereka. Hal sama juga dirasakan oleh pasangan remaja kita satu ini.
Namun mengutip kata-kata dari Panglima Tian Feng yang sangat terkenal di dunia. 'Cinta, deritanya tiada akhir'.
Ya, benar. Saat kamu memutuskan untuk jatuh cinta, artinya di satu titik kamu juga akan siap menderita.
Tapi Kanta Nusantara dan anak sepantarannya kurang peduli pada konsep tersebut, yang ia tahu hanya satu hal.
Cinta itu membuat orang hidup dan bertahan. Sama seperti minuman kesukaannya.
Menjelang Magrib, pacar Kanta mengajak gadis itu untuk pulang, namun sebelumnya keduanya memutuskan untuk shalat berjamaah di masjid dekat taman. Indah bukan? Saat itu Kanta begitu melayang.
Betapa tidak. Punya pacar tak cuma tampan secara visual, tapi juga hati. Kanta merasa jadi gadis paling beruntung sedunia.
Dan tak lupa, sebelum sampai di rumah Kanta, si pacar akan membelikan martabak daging spesial telor bebek serta terang bulan coklat kacang, untuk keluarga Kanta. Lalu, kekasihnya bakal berpamitan dengan sopan pada mama dan papa Kanta, serta mencium punggung tangannya.
Mama Kanta seketika ikut jatuh cinta. Papa Kanta cuma terdiam, mungkin karena tergoda oleh aroma martabak. Sementara kedua kakak lelaki Kanta (Yang kebetulan ada di rumah) cenderung mengintip dari balik jendela diikuti ekspresi ingin tahu (Juga bersiap-siap menjahili adik mereka).
Begitulah. Sosok Firman Hilmansyah memang tiada duanya saat itu. Baik bagi Kanta, keluarga Nusantara, maupun orang-orang yang mengenalnya. Firman menjadi salah satu figur terpenting dalam hidup Kanta, selama nyaris 10 tahun lamanya.
Kanta pikir semua akan berakhir bahagia. Seperti kisah-kisah dalam dongeng fantasi.
Tapi, Kanta suka lupa. Fantasi jenis apa yang dia pilih.
Sebab kalau Harry Potter atau Lord of the Rings? Kanta harus melewati jutaan rintangan, mendaki gunung, lewati sungai, untuk bisa menemukan kebahagiaannya.
Dan kisah ini justru baru akan dimulai, pada satu momen, kesedihan mendalam yang menghantam hidup seorang Kanta Nusantara. Serta mengubah perspektifnya selamanya.
π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«π«