ADEL and fantastic world

ADEL and fantastic world

delatifah

0

sore hari memang sedang gencar gencarnya sedotan maut yang menular alias nguap ternampak,terlebih lagi jam pelajaran terakhir ini sungguh hening,hampir semua kelas tidak di hadiri guru karena rapat pembahasan ujian akhir semester,pembagian raport serta libur tahun baru,hanya tugas serta perintah yang berbunyi,

"kerjakan tugas,jangan keluar dan jangan berisik,tugas di kumpulkan di meja ibu,jika ada yang tidak mengumpulkan,nilainya ibu kosongkan di laport"

padahal ancaman itu sudah sangat sering di layangkan oleh para guru,namun sangat ampuh membuat siswa duduk mengerjakan tugasnya dengan terkantuk-kantuk,meskipun ada satu dua yang memiliki rencananya sendiri,membeli es cekek yang sesuai dengan budget misalnya,
contoh lainya adalah membeli basreng bumbu pedas,air mineral,percoklatan seperti yang ku lakukan,serta tambahan beberapa permen untuk penutup mulut,barangkali ada yang akan mengecepukanku.

singkat cerita,kini aku kembali ke kelas menenteng plastik transparan putih bening yang manampakan isinya,temen sekelasku hanya geleng-geleng melihatnya,tidak aneh dengan apa yang aku lakukan,

baru saja pantatku mendarat di kursi kayu ini,bel pulang sudah berbunyi,aku kesal sebenernya,tapi yasudahlah,biarkan basreng dan lainya ku makan sesampainya di rumah,pikirku sembari memasukannya kedalam tas.

aku berjalan mengendong tas pinkku yang berat dengan laptop,buku paket serta buku pelajaran,namun entah kenapa,rasanya jantungku berdebar sanggat kencang,ini bukan debaran cinta,tapi entahlah,
hingga membuatku memutuskan untuk duduk sesaat di depan kelas,di bangku besi panjang sendirian,hingga seorang pria dengan kulit sawo matang menghampiriku,

"si gilbert mana del" tanya zyan pria yang ku maksud barusan,

aku menjawab tampa bicara,menunjuk pada gilbert yang sedang berjalan,zyan menghampiri gilbert tampa berterima kasih pada ku,

tak terasa jantungku sudah kembali normal,sekarang aku malah kebingungan,bersama siapa aku akan pulang,tidak ada jemputan seperti biasa,sedangkan aku masih takut untuk naik angkot sendiri,trauma akan hal yang sudah-sudah,ketika berpikir hal itu,pandanganku terarah pada zyan dan gillbert yang sepertinya sedang menunggu seseorang,terlintas di benakku untuk pulang bersama mereka,aku mengampiri keduanya.

‘’eh gilbert ikut pulang bareng yaaa,bolehkan ?’’

“yaaa bolehlah,bentar yaa,nungguin si bimbim dulu,dia belum keluar kelas,”ucap gilbert yang sepertinya tak keberatan,bisa jadi terlihat senang dengan kehadiran ku kali ini

“engggak ahhh,sukan malas ada lu”ucap zyan ketus.

“apaaan si lu,gakpapa del kita pulang barengan aja”

aku merasa tak enak dengan apa yang zyan katakan,yaaa meskipun aku tau dia pria ceplas ceplos yang moodian.

“ehhh,ko si bimbim lama amat si,pelajarn siapa sih tuh bocah ampe kerajinan gini”

“gue telfon deh tuh bocah gil”

“udah gue telfonin tuh bocah dari tadi,tapi kagak di angkat mulu,gue susulin dulu tuh bocah ke kelasnya,lu temenin si adel”

alih-alih menemaniku,zyan malah menyusul gilbert yang sudah berlari lebih dulu,
tampa sepatah katapun yang di ucapkannya padaku,rasa tak nyamanpun semakin membuatku inggin segera pergi dan berjalan pulang sediri,namun tak sopan bukan jika tiba-tiba pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu,terpaksa aku nunggu kembalinnya dua manusia yang cukup famous di sekolahk,tak lama mereka kembali dengan lari kecil,manusia yang tak punya kegiatan memang sering berlaku seolah-olah mereka sedang terburu-buru,

“si bimbim udah pulag duluan del,gak bener emang tuh bocah”

“eumh,kirain anak itu emang lagi rajin-raijinnya ampe jam segini belum keluar”

pas lagi jalan,aku sering tertingal karena langkahku yang kecil,berbeda dengan mereka yang tinggi dan memiliki kaki yang jenjang,hal itu membuat gillbert sesekali menengok dan berhenti hanya untuk melihat lalu menungguku kembali berada di sampingnya,namun tiba-tiba ia melangkah lebih cepat menepatkan tubuh tingginya di depanku,menghalangi cahaya sunset menerpa wajah manisku (menurutku) aku kira gillbert akan meinggalkanku karna lelah dengan jalan lambatku,ternyata ia hanya mengsejajarkan tubuhnya dengan tubuh seorang adik kelas cantik yang memang sudah ku ketahui ada tali yang menghubungakan keduanya,gilbert melihatku dan tersenyum sembari mengangkat kedua halisnya,niatku tetap berada di belakangnya dengan bersampingan dengan zyan,

“lu duluan aja”

zyan mengatakan hal tersebut tampa melihat mukaku,malah memainkan kukunya yang pendek tapi masih terdapat tanah atau entahlah yang membuat ujung kukunya tampak hitam,aku tau itu hanya pengalihan agar tak bertatapan denganku,entah apa yang membuatnya begitu padaku,tapi yaaa sudahlah,aku meningalkannya hingga memutuskan untuk pulang sendiri,hinggga tubuhku melewati tubuh seorang gillbert yang sedang bucin-bucinnya,

“del,kemana,kamu bareng sama si zyan hey”

“enggak ah,zyan udah gak nge besti lagi sama aku”

aku palingkan mukaku dan menatap jalan lurus di depan sembari memikirkan tingkah-tingkahku yang barang kali ada yang salah pada zyan.