100 HARI MENCARI CINTA

100 HARI MENCARI CINTA

prima vera

5

Pernah mendengar kisah tentang kisah cinta sepasang kekasih yang di pertemukan melalui aplikasi dating, apa kalian bisa membayangkan eh ralat pernah membayangkan bagaimana awalnya mereka berteman, bertemu kemudian menjadi sepasang kekasih dan mengikat diri dalam janji suci pernikahan. Atau apa kalian berpikir akan semudah itu mencari seorang lelaki untuk mengucapkan janji sucinya di hadapan tuhan!

Bisa jadi itu benar-benar terjadi bagi sebagian pengguna app dating, lalu bagaimana dengan sebagian penggunannya? Walau bagaimanapun juga kewaspadaan berkenalan dan bertemu dengan orang baru dari internet harus ditingkatkan demi keselamatan diri. Bagaimana jadinya jika bertemu dengan seorang penjahat terlebih lagi jika ia adalah seorang predator?

Hanya unduh salah satu aplikasi dating di dalam ponsel pintar milik kalian kemudian like salah satu foto lelaki yang di tawarkan dalam aplikasi dating. Setelahnya kalian chat 'say hai' pada calon pasangan, kemudian atur waktu bertemu dan tarrraaaaa kalian cocok kemudian menikah. Eh ya dengan satu catatan lagi hidup bahagia selamanya dengan memiliki anak yang lucu-lucu bahkan bonusnya kalian memiliki cucu.

Kali ini bercerita tenmtang empat sahabat yang sedang mencari cinta dalam jangka waktu seratus hari. Dalam seratus hari petualangan mencari cinta banyak tantangan yang dihadapi oleh mereka berempat, sedih, senang, tangis dan tawa mereka lalui bersama. Segala usaha mereka lakukan untuk mencari cinta salah satu diantaranya mengunduh aplikasi dating yang sedang marak di kalangan masyarakat. 

***

"Aduhh Juli kamu kenapa lagi sih? suara kamu ganggu banget tahu ngga, ini jam berapa coba?" Sunny terbangun pada tengah malam ketika mendengar suara tangisan perempuan, dikiranya itu suara kunti yang sedang putus dengan kekasihnya. Tapi tebakannya meleset jauh, suara itu datang dari ruang tamu dan Juli menangis tersedu sembari mengunyah kacang tanah.

Bukannya menjawab, suara Juli makin kencang dan membangunkan seluruh penghuni kos yang lain. Seketika para perempuan yang tinggal di sana berhamburan menuju ruang tamu. "Etdah Jul kamu kenapa?" diliriknya jam dinding yang bergantung di sana dan Tania berdecak melihat jarum jam menunjukkan pukul satu malam.

Sekali lagi Juli tak mampu menjawab karena tersedak kacang tanah dan isakannya sendiri, buru-buru Juli meraih gelas dan menuangkan air dalam gelas dan meminumnya hingga tandas. Setelahnya baru Juli dapat berbicara lagi. "aku di putusin sama Ari Kocheng!" 

"Ah, Ari Kocheng, namanya sama kayak mpus si ibu kos." Clea yang tadinya menguap karena mengantuk sekarang malah terbahak mendengar jawaban Juli. Bukan hanya Clea, bahkan seluruh perempuan penghuni kos ikut terbahak menertawakan Juli sedangkan Juli hanya mesem-mesem memberengut.

"Kalian jahat!aku ini baru aja putus tapi kenapa kalian ketawa." kembali Juli terisak mengingat kekasih tercintanya itu dan mengambil kacang tanah banyak-banyak dan mengunyahnya lagi. 

"Udah ah, aku ngantuk besok harus kuliah mending aku tidur aja lagi!" seorang perempuan berambut omre warna pink menggaruk kepalanya sambil menguap dan kembali ke kamarnya.

"Ya nih besok aku juga kudu kerja, aku mau tidur dulu ah." dan para perempuan lainnya ikut bubar kembali k ekamar mereka masing-masing, kecuali Sunny, Clea dan Tania masih berada di sana sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Mereka bertiga menarik kursi bersamaan dan duduk di meja makan memerhatikan Juli yang masih menangis tersedu namun belum berhenti mengunyah.

"Udah-udah cup cup berhenti dong nangisnya, kamu jelek ih kalau nangis. Walaupun emang aslinya ngga cantik juga sih tapi minimal kan sedap di pandang." Sunny menyengir mengelus lengan Juli sedangkan Juli memberikan tatapan membunuh mendengar ucapan yang jelas-jelas bukan pujian itu.

Tania mengembuskan napas, sembari mengambil mangkok berisikan kacang tanah dan memakannya satu. "kamu tahu ngga, kalau makan kacang tanah dalam jumlah berlebihan bisa bikin jerawat tahu."

"Bodo amat, aku ini lagi sedih tahu karena putus cinta, kalian sih ngga merasakan gimana sakitnya di putusin kalian kan jomlo."

"Dih ngegas amat mbaknya, eh udeh kayak kamu ngga aja. Aku penasaran nih ya, kamu nangis karena di putusin, emang kapan kamu pacarannya kok kita ngga pernah lihat kamu malmingan gitu?" Clea menopang dagu memerhatikan Juli yang mengusap air matanya, nah Tania dan Sunny pun ikut penasaran dan menopangkan dagu siap untuk mendengar penuturan Juli.

"Iya karena kan aku pacaran di aplikasi dating sama Ari Kocheng."

Mereka bertiga membuka dan menutup kembali mulutnya bahkan mereka bertiga kompak menjatuhkan kepala di atas meja karena saking speechlessnya. "ya ampun Jul, aku kirain kamu di putusin sama pacar beneran." Sunny menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Really, ia terbangun tengah malam mendapati Juli menangis sesengukan bersama semangkuk besar kacang tanah, karena putus dengan kekasihnya di aplikasi dating! sungguh Juli memang kurang di binasakan rasanya.

"Aku kan emang pacaran sama Ari...."

"Kocheng, namanya aja udah kek si mpus bararti ntu orang ngga bener lah Jul." belum saja Juli melanjutkan ucapannya Clea menyela sembari mengambil gelas dan mengisinya dengan air, rasanya tiba-tiba Clea menjadi haus mendengar curhatan Juli. 

Temannya ini memang somplak tapi ia tidak tahu kalau Juli juga stres.

"Ho oh, bener tuh Clea, dasar Kocheng dan yang percaya dasar Hooman, ye ngga." Tania mengangguk dan mengangkat satu jempolnya ke arah Clea.

"Ish, kalian bertiga ngga ngerti sama...."

"Udah-udah mending kita tidur lagi, ini udah jam berapa ini, besok kita kudu kerja pagi kan, trus kamu juga kudu kuliah pagi kan Jul." Sunny memotong ucapan Juli sembari menguap, sungguh ia memang sangat mengantuk.

"Ogah, besok aku ngga mau kuliah aku lagi patah hati nih." Juli yang masih tersedu menyeka air matanya.

"Sabodo amat deh Jul, kalau besok kamu ngga mau kuliah, aku besok kudu kerja pagi nih jadi ya udin, bye aku mau tidur aja." Tania bangkit dari sana dan hendak berjalan kekamar, tadi kemudian berhenti lagi, "eh by the way, itu si clea besok tugas siang dia, jadi kamu curhat ma dia aja." Tania cepat-cepat ngibrit dari sana, setelah mengumpankan Clea.

Sunny beralih memandang Clea dan menyengir memerlihatkan deretan giginya yang rapi, "ya udah Clea, kamu temenin Juli ya, aku besok kudu ngajar anak-anak nih paginya." Sunny segera berlalu dari sana dan kini tinggalah Clea dan Juli.

Clea mendengus dan memutar bola matanya jengah, "jangan lanjutin Jul, biarpun gue besok dapet ship siang, gw juga mau tidur, kamu lanjutin ceritanya besok aja." Juli hendak membuka mulut tapi Clea menahannya dengan mengangkat telapak tangannya ke udara, seketika itu juga Juli diam dan hanya bisa mengintili Clea dari belakang.

"Kamu ngapain ikutan masuk sini, kamarmu kan di sebelah Jul." Juli yang sedari tadi mengekor benar-benar ikut masuk ke dalma kamar Clea

"Dih Clea, kamu gitu amat aku lagi sedih nih setidaknya biarin aku nginep di kamar kamu."

Clea dengan pasrah menutup pintu kamar dan naik ke ranjang, sekali lagi Clea melirik Juli. "ya udah kamu boleh tidur di sini tapi asal ngga ganggu, awas kalau kamu ganggu. Aku usir beneran nih dari sini." Clea mengambil selimut dan menariknya hingga batas leher dan Juli mengangguk pelan mengiyakan peringatan dari Clea.

"Eh ya Jul, matiin lampunya sekalian ya."

"Iya, iya nih lagi jalan mau matiin lampu."

Setelah mematikan lampu kamar, Juli tersungut-sungut menaiki ranjang dan tidur di sebelah Clea, tapi baru saja ia menarik selimut milik Clea..... 

"Juliiiiiiiiiiiii, kamu kentut ya, astaga bau banget lagi, emang kamu tadi makan apaan sih."

"Maaf, maaf aku kelepasan habis ga tahan nih, mungkin efek tadi aku banyak makan kacang tanah nih." sahut Juli dengan polosnya sembari menyengir.

Ingin rasanya Clea menendang Juli hingga tersungkur ke lantai, benar-benar bocah satu ini. Sudah membuat gempar penghuni satu kos, sekarang malah sok nginep di kamar Clea, padahal kamar mereka bersebelahan dan bonusnya di kentutin pula. Benar-benar Juli kampret!

"Dih kamvret, kamu ke kamar mandi sono bau banget sumpah." Clea kembali menarik selimutnya menjauh dari Juli dan berguling membelakangi Juli. "awas kamu kentut lagi, aku usir kamu dari sini jubaedah!"

"Dih kejam banget sih kamu mak, jangan kejam-kejam sama orang yang baru putus mak, nanti kamu kena azab." Juli ikut berbaring di sebelah Clea dan tetap menarik sedikit selimut yang menggulung tubuh Clea.

"Azab pala lu empuk yang ada kamu, aku kutuk jadi jamban kampung , udah tidur sono, aku ngantuk berat ini."

Nah dengan sedikit kerusuhan yang di lakukan mereka berdua malam itu, pada akhirnya mereka pun tertidur dengan pulas saking pulasnya mereka berdua tidak sadar bangun keesokan harinya pada pukul sepuluh pagi. Seperti biasa mereka pergi sarapan setelah bangun begitu kesiangan karena drama kemarin malam yang di buat oleh Juli sedangkan penghuni kos yang lain sebagian ada yang sudah berangkatkerja atau kuliah.

"Kalau aku jadi kamu ya Jul, aku ngga bakal bolos kuliah cuman gegara di putusin sama si kocheng, kamu tahu ngga, kamu itu menyia-nyiakan satu hari belajar demi dia." Cle berusaha menceramahi Juli dengan mulut hampir penuh dengan roti sandwich yang di buatnya tadi.

Lain halnya dengan Clea, Juli sibuk menatap dirinya di depan cermin kecil yang di pegangnya. "sabodo amat dah, kamu ngga lihat nih mata aku." Juli menunjuk matanya yang terlihat agak membengkak akibat kemarin menangis seharian, ini bukan perkara putus dengan si brengsek itu tapi bagaimana ia bisa pergi kuliah dengan mata sebesar itu. Orang-orang pasti akan bertanya bagaimana matanya bisa sebengkak itu, dan Juli malas untuk membahasnya kembali.

"Salah kamu sendiri sih, ngapain kamu malem-malem nangis kayak ponakan kuntilini aje nangis malem-malem." 

"Ya nih, aku bakal move on sekarang, aku mau balas dendam sama si Ari itu." Juli secepat kilat menaruh cermin yang di pegangnya ke atas meja. Bahkan saking bersemangatnya Juli hampir membanting cermin kecil itu. Clea mengangguk-angguk sambil sibuk menghabiskan sandwichnya yang masih tinggal setengah. "nah gitu dong, kalau kamu di putusin cari aja lagi."

Secepat Juli mengucapkannya, secepat itu pula tangannya bergerak meraih ponsel pintar yang sedari tadi tergeletak di atas meja makan, dengan cekatan jemari Juli mengusap layar ponselnya. Melihat Juli begitu sibuk dengan ponselnya, Clea berlalu dari sana setelah menghabiskan sandwichnya, hari sudah hampir siang jadi Clea memersiapkan diri untuk bekerja.

"Thank you for today Miss, next week you will give me a four star again oke Miss." Steven bocah berumur lima tahun itu memeluk Sunny sembari menyengir lebar tanpa malu menutupi gigi ompongnya.

Sunny membalas pelukan Steven dan mencium pipi bocah itu dengan gemas. "oke buddy, i'll give your four star if you not cry." Steven memang tergolong siswa penakut di dalam kelasnya, jadi butuh kesabaran ekstra menghadapi bocah lelaki itu agar mau mengikuti pelajaran.

Untungnya hari ini Steven hanya menangis sebentar karena moodnya yang kurang baik, jika tidak, mungkin seharian Steven tidak akan mau ikut belajar seperti minggu lalu. Dengan gemas Sunny mengacak kepala Steven dan bocah itu tertawa dan menularkannya pada Sunny sehingga ia ikut tertawa.

"Anak itu moodnya memang suka naik turun,kemarin malah ia tidak mengijinkan pengasuhnya pulang sampai jam sekolah berakhir." Mrs. Regina, kepala sekolah Rainbow School, salah satu sekolah taman kanak-kanak yang bertaraf internasional. Memiliki tubuh cukup tambun untuk ukuran seorang wanita, masuk ke ruang guru sambil membawa beberapa tumpukan map di tangannya.

"Wah, sulit sekali kalau begitu ya, untung tadi ia hanya menagis sebentar saja." Sunny merapikan perlengkapan mengajarnya setelah tadi Steven berlari keluar ruangan.

Tampak Mrs.Regina mengembuskan napas lelah dan melepas kaca matanya sembari duduk di kursi, Mrs.Regina menyandarkan punggungnya di sofa dan memijat pelipisnya. "ya begitulah, setelah perceraian kedua orang tuanya baru-baru ini, anak itu semakin menjadi, saya kasihan sebenarnya dengan anak itu."

"Eh, orang tua Steven akhirnya bercerai." Sunny terkejut dengan cerita Mrs. Regina, memang ada desas desus diantara para orang tua siswa bahwa orang tua Steven tidak pernah akur. Tapi Sunny tidak menyangka jika mereka kahirnya bercerai, yah kehidupan rumah tangga seseorang tidak ada yang pernah tahu ya!

"Ya, begitulah, tapi dampaknya sangat terasa pada diri Steven." Mrs. Regina kembali membuka mata dan memakai kembali kaca matanya. "kamu mau pergi sekarang?"

"Iya, Mrs, jam mengajar saya sudah berakhir jadi saya pamit pulang dulu ya Mrs. Minggu depan kita bertemu lagi." Sunny berdiri dari duudnya dan menyampirkan tas slempangnya. 

"Baiklah kalau begitu hati-hati di jalan ya Miss. Sunny, oh ya jangan lupa minggu depan akan ada lomba mewarnai di sini, jadi untuk ekstra mewarnai di gantikan dengan kamu menjadi juri untuk penilaian lomba nanti ya."

"Oke siap Mrs, kalau begitu saya permisi dulu ya." 

Sunny melangkah keluar dan di sambut ceria oleh anak-anak yang ingin bersalaman dengannya, memang, jika Sunny selesai mengajar anak-anak itu pasti berebut ingin menyalami dirinya, dengan wajah polos anak-anak itu akan berteriak "eh, Miss Sunny will go home, ayo salim" bahkan ada diantara mereka berebut dan mengatakan, "i'am fisrt." 

"No. i'am first not you." 

"Eh tapi aku duluan loh bukan kamu." yah begitulah anak-anak mereka memang sepolos dan seceria itu. Ini sebabnya Sunny suka mengajar ekstra di sekolah taman kanak-kanak, polos dan apa adanya mereka. Setelah selesai menyalami para siswa Sunny masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya, mobil itu keluar pelataran sekolah dan membelah jalanan kota di siang hari.

*****


"Ini orang dari planet mana sih, pengen aku gremet deh itu mulut, mentang-mentang kaya seenanknya amat sih." Tania mendumel meremas telapak tangannya sembari menarik napas.

"Udah kamu ngga usah ngedumel, sabarin aja yang penting dia mau jadi nasabah kita, kamu tahu kan susahnya nyari nasabah."

Tania memutar bola matanya jengah dan kembali berbisik pada Anton yang sedang duduk merapat di sebelahnya, padahal cuaca sedang panas tapi Anton sedari tadi duduk memepet tubuh Tania. Tania menyikut perut Anton dengan siku dan berbisik, "aku tahu tapi ini nyonyah pengen aku siram pake kuah bakso tahu ngga saking keselnya...."

"Hustt ntu nyonyah udah dateng, awas dia denger." Anton memberi isyarat agar Tania diam tak bergerak ketika calon nasabah mereka datang. Tadi nyonyah besar mengaku mendapat telpon dari papi tercinta jadi otomatis obrolan mereka terskip beberapa menit. 

"Kamu geseran sedikit napa sih Ton, panas tahu, kamu kayak ada di kutub aja mau mepet-mepet." Tania mendorong Anton sedikit menjauh dari tubuhnya dan dengan terpaksa Anton bergeser sejauh 2 senti.

"Aduh maaf menunggu, papi tadi lagi nanyain mami sudah makan apa belum? terus papi juga tadi nanya mami jangan lupa makan nanti sakit gitu. Papi memang suami yang romantis, selalu perhatian pada mami." mami Melati menjelaskan dengan wajah sumringah dan berseri-seri saat kembali dari menerima telpon mesranya. mami Melati meletakkan ponselnya di atas meja dan ia segera duduk di kursi yang sepertinya akan patah saja saat di dudukinya karena ukuran tubuhnya yang bisa di katakan versi amat jumbo. Yah kurang lebih sebesar ikon atau maskot dari merk sarung yang sering diiklankan di televisi.

Oh ya, penampilan mami Melati ini juga sangat nyentrik dan yah bisa di bilang terlalu berlebihan sih sebenarnya, mulai dari penggunaan perhiasan yang begitu banyak. Contohnya saja kalung emas yang melilit lehernya besarnya persis seperti anaconda, dan cincin berlian yang di kenakannya sebesar batu kali. Bahkan jemari kanan kirinya hampir penuh dengan cincin berlian, heran ini emak-emak seperti tidak punya laci saja di rumahnya hingga semua perhiasaannya di kenakan. 

Nah tadi juga mami Melati dengan sengaja mengibaskan kipasnya tinggi-tinggi agar lima gelang berliannya terlihat berkilau terkena pantulan cahaya dari jendela caffe. Dan ya ampun si nyonyah besar ini juga sedari tadi hanya membicarakan kekayaannya saja, mulai dari uang bulanan yang di berikan sebesar 300 juta, lebih suka berbelanja di luar negeri lah dan blablabla, dasar tukang pamer!

Seketika itu Tania memasang wajah ramahnya dan tersenyum pada mami Melati, "wah mami memang wanita yang beruntung mendapatkan suami seperhatian dan seromantis papi, sampai-sampai diingatkan untuk makan." dengan menekankankan kata makan di akhir kalimatnya.

Tapi anehnya mami Melati terlihat snewen mendengar pujian Tania dan melanjutkan, "iya dong walaupun papi itu suami kelima mami, tapi papi suami yang paling perhatian dengan mami dari suami-suami sebelumnya." mami Melati mengibaskan kipas yang ada di genggamannya.

Anton dan Tania saling melirik, bahkan Anton sempat menginjak ujung high heel Tania dengan sepatunya.

"Sampai mana kita tadi?" mami Melati masih sibuk mengipasi dirinya dan memasang wajah jutek pada Tania.

"Oh, ini mami saya tadi sudah menjelaskan keuntungan yang mami dapatkan jika menabung di Bank kami." Anton menyodorkan kembali brosur Bank pada mami Melati dan mami Melati tersenyum mendengar ucapan Anton, bahkan mami Melati sempat mengerlingkan satu matanya ke arah Anton. Pemandangan itu tertangkap oleh Tania yang membuat Tania menahan tawa, sedangkan Anton menyeka keringatnya di pelipisnya dengan tisu.

"Oke kalau begitu saya setuju menabung di Bank kamu, karena keuntungannya cukup memuaskan saya, apalagi tadi papi berpesan sebaiknya mami menabungkan uang sisa bulanan yang di berikan papi."

Fiuh, akhirnya si mami Melati setuju juga menjadi nasabah mereka.

"Terima kasih mami sudah mau bergabung menjadi nasabah kami." Anton berusaha tersenyum ramah pada mami Melati, walaupun dalam hati ia ingin sekali menyiram kuah bakso ke wajah mami, seperti keinginan Tania tadi.

"Jangan begitu, sebagai istri yang baik mami hanya mendengarkan saran dari papi." kembali mami Melati tersenyum sumringah menanggapi ucapan Anton.

Tania dan Anton hanya mengangguk mengiyakan jawaban mami Melati, Tania hanya ingin urusan ini agar cepat selesai. Sedari tadi Tania sudah cukup sabar menghadapi salah satu nasabahnya ini.

*****

Hampir saja Sunny melempar laptop di hadapannya karena kaget ketika Tania tiba-tiba datang membanting tasnya di atas meja. "astaga Tan, kamu ngagetin aja, untung ni laptop ga beneran ke lempar."

"Dih, aku lagi sebel nih plus laper juga."

"Ya udah duduk, terus pesen makanan biar kamu ngga laper lagi trus keselnya hilang." Sunny menyeruput lemon squash miliknya dan menyengir, "hai Anton." Sunny kembali menekuri laptopnya setelah menyapa Anton yang ikut duduk di sebelah Tania.

"Dih si ibu sibuk amat, udah dari tadi nih di sini?"

"Ho oh, dari pulang ngajar jam sepuluh aku udah di sini, nih sampe habis satu piring nasi goreng." Sunny menyahut tanpa menatap lawan bicaranya.

"Dia mah kalau udah di depan laptop ngga bisa di ganggu, mau ada gempa bumi juga rasanya dia ga bakal gerak kecuali dia ketimpa atap." Tania melambaikan tangannya memanggil salah satu waitress yang berdiri tak jauh dari sana, "kamu mau makan apa Ton?" Tania mendekatkan buku menu yang di peganggnya ke arah Anton.

"Samain aja deh Tan, sekalian minumannya juga deh sama aja."

"Oh, oke ya udah aku samain aja, saya mesen ini ya mbak dan minumannya saya mesen ini aja kayaknya seger." Tania menunjuk makanan dan minuman yang di pilihnya sementara si waitress mencatatnya dan berlalu dari sana setelah mencatat pesanan.

Anton menopang dagu memerhatikan Sunny yang sibuk mengetik laptopnya sembari menunggu pesanan datang berbeda dengan Tania yang sedang menekuri ponselnya. 

"kamu emang ngga bosen dari jam sepuluh duduk di sini sambil ngetik Sunny, ini udah jam satu siang malah."

Tania otomatis mengangkat kepalanya, "jangan tanya deh Ton, biasanya dia mengetik tulisannya di sini dari pagi sampai sore, dan jangan tanya lagi kenapa dia betah. Karena hanya seorang penulis yang mengerti, jadi kamu jangan ganggu deh sebelum kena semprot dari Sunny."

Mulut Anton membentuk huruf o dan mengangguk paham dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan memainkannya.

"Eh, eh sini kita bertiga selfie dulu lihat kamera semua, say cheese." Tania mengarahkan kamera ponselnya pada wajah mereka bertiga, Sunny yang tadi sibuk menekuri laptopnya ikut mengangkat kepala dan tersenyum ke arah kamera diikuti Anton. "nah aku mau langsung aploud di IG ah." 

"Dasar ratu selfie."

"Biarin, daripada IG aku ngga ada postingannya kan sayang, kamu sih kuno amat hari gini ngga punya IG."

"Dih biarin, aku ngga suka mainin sosmed, aku adalah tipe pria yang lebih nyaman jalanin real life ketimbang dunia maya."

"Sabodo amat."

Dan begitulah mereka berdua, mendebatkan hal yang tidak penting hingga membuat Sunny hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka berdua.

Benar-benar rekan kerja yang kompak bukan! Lebih baik Sunny fokus mengerjakan novelnya agar segera rampung. 

Eh iya, kita belum berkenalan dengan empat wanita tersebut bukan! Mereka berempat adalah para wanita yang memiliki karakter berbeda, namun berkumpul dalam lingkungan yang sama. Bahkan mereka berempat adalah sahabat karib, walaupun mereka memiliki umur dan pekerjaan yang sangat berbeda. Oke yang pertama kita mulai dari Sunny Fidelya Birendra, gadis yang akrab di sapa Sunny ini bekerja menjadi guru freelance di sekolah taman kanak-kanak yang mengajarkan menggambar dan mewarnai, selama satu bulan Sunny hanya akan mengajar sebanyak delapan kali saja, sisanya Sunny akan menggunakannya untuk menulis novel. 

Selain menjadi guru freelance Sunny memang menjadi seorang penulis untuk satu penerbitan. Tetapi Sunny juga sering mengunggah ceritanya ke salah satu platform populer dan di sana para penggemarnya bisa membaca ceritanya secara gratis sebelum novelnya di cetak. 

Sunny bukan tipe gadis pendiam atau pun introvert tapi Sunny terkadang tidak nyaman dengan keramaian, karena itulah menulis jadi kegiatan favoritnya.

Berikutnya yang kedua, Tania Aqilla Kurniawan Seorang karyawan Bank yang selalu menyesali keputusannya untuk bekerja di sana. Bagaimana tidak, Tania selalu saja mendapat nasabah yang menurutnya bersikap kurang baik. 'Uang selalu membuat segalanya lupa diri' ungkapan itulah yang selalu di lontarkan gadis itu setiap kali ia merasa jengkel. 

Tapi ucapan Tania ada benarnya juga sih. Oh iya, Tania adalah tipe wanita ceroboh yang baik hati, kenapa ceroboh karena gadis itu selalu saja meninggalkan barang berharganya di sembarang tempat, jika sudah begitu semua tenaga para penghuni kos akan di kerahkan untuk mencari barang miliknya yang hilang, yah antara ceroboh dan pikun beda-beda tipis lah ya. Satu lagi Tania juga bukan tipe wanita feminim seperti yang lainnya. Tania seorang gadis yang tomboy namun menawan dengan bentuk tubuh proposionalnya dan wajahnya yang cantik, memiliki hobi selfie.

Oke yang ketiga kenalkan Clea Madison Olivian, Clea bekerja di salah satu hotel bintang lima yang cukup populer, Clea menduduki jabatan front office di tempatnya bekerja, sama seperti Tania, Clea juga memiliki slogan hidup. 'Yang kaya selalu terdepan' begitulah menurut Clea, kenapa demikian karena menurut Clea semakin tinggi status sosialmu maka akan makin banyak yang akan tunduk padamu. 

Sebenarnya cita-cita seorang Clea cukup sederhana dan mulia ya itu 'menikah dengan CEO kaya' bagaimana? Sungguh mulia bukan cita-cita dari Clea Madison Olivian. Penyuka makanan pedas ini juga sangat suka menonton drama korea, jika sudah streaming drama korea jangan harap Clea bisa di ganggu. Bahkan jika ada gempa bumi sekalipun rasa-rasanya Clea tidak akan sadar saking cintanya dia dengan drama korea karena Clea mendadak tuli seketika. Sungguh tak di sangka hipnotis para oppa memiliki efek seperti itu untuk seorang Clea. 

Nah yang terakhir dan paling bontot, siapa lagi kalau bukan Juli Yasmine Christian. Saat ini Juli sedang menempuh pendidikan kesehatan di salah satu kampus unggulan. Juli yang memiliki cita-cita seorang pelaut waktu masih duduk di bangku taman kanak-kanak memilih meneruskan pendidikannya di bidang kesehatan saat memasuki universitas dengan alasan siapa tahu ada pelaut yang sakit jadi Juli bisa mengobatinya. Tapi anehnya Juli selalu mengabaikan kaedah kesehatan dirinya sendiri, contohnya Juli setiap menangis sangat suka memakan kacang tanah banyak-banyak. Padahal terlalu banyak memakan kacang membuat asam urat kambuh, Juli hanya beralasan dengan begitu sedihnya akan reda. Teori dari mana coba, nangis sambil ngemil kacang tanah jadi sedihnya berkurang etdah, ya begitulah si Juli ya.

Saat ini Juli sudah menempuh semester 6 untuk perkuliahannya. Nah jika Clea memiliki keinginan mulia yaitu menikahi seorang CEO kaya raya, Juli memiliki keinginan lebih mulia lagi dari Clea yaitu menikah di usia muda. Juli beranggapan jika menikah muda, besok ketika memiliki anak ia tidak akan nampak seperti ibu melainkan seperti seorang teman. Karena saat anaknya tumbuh dewasa Juli tidak begitu tu-tua amat jadinya, sungguh mulia bukan keinginan mereka. 

Bahkan demi melangsungkan keinginan mulianya, Juli sampai-sampai mengunduh semua aplikasi dating agar dirinya cepat menemukan jodoh dan akhirnya menikah. Ketimbang memikirkan pekerjaannya nanti setelah kuliah, Juli lebih memilih sibuk mencari pacar untuk di kencaninya. Sungguh mahasiswa teladan yang tidak ingin di tiru siapa pun ck.


Nah begitulah perkenalan dengan empat gadis jomblowati elegant kita, kenapa di katakan elegant? karena walaupun mereka jadi jomblowati. Mereka masih memiliki selera yang cukup tinggi untuk kriteria lelaki yang akan mereka nikahi nantinya. Karena mereka belum menemukan kriteria yang pas hingga musim durian berguguran pada akhirnya mereka terjangkit virus apps date alias aplikasi dating yang di bawa oleh Juli ck.